Yang kita ketahui bersama, bahwa mahasiswa adalah agent of change (perubahan) karena, mahasiswa adalah harapan bangsa yang bisa menciptakan perubahan bagi bangsa maupun negara. Mahasiwa juga adalah agent of social control, mahasiswa dituntut untuk mengontrol negara ataupun persoalan yang ada, tapi juga bukan sekedar mengkritik, namun harus memberikan solusi yang nyata.
Karena itu adalah sifat yang melekat pada nama mahasiswa itu sendiri, tapi kenyataannya berbeda jauh, mahasiswa pada saat ini tidak memiliki kesadaran dari sifat yang melekat pada mereka bahkan, bersifat acuh tak acuh pada permasalahan yang ada. secara tak sadar mahasiswa hanya bergerak atas kepentingan pribadi.
Kepentingan dalam bersosial dengan teman misalnya, hanya karena tugas kelompok mereka tak pernah ingin tahu apapun yang terjadi di luar dari dunia mereka sendiri, yang lebih mirisnya hanya karena hubungan romantisme, dalam kampus bergerak atas hasrat pribadi. Tidak perlu kita heran lagi jika, ada mahasiswa yang masuk organisasi hanya ingin dikenal dikalangan wanita dan mencari popularitas saja, adapun jika tujuannya tak dicapai atau tidak terpenuhi, jangan heran organisasinya yang menjadi terbengkalai.
Padahal Oraganisasi itu sakral bagi mahasiswa yang kritis dan berintelektual, tapi mengapa mahasiawa tidak mau tahu soal itu. Kurangnya minat baca, kajian, dan diskusi membuat mahasiwa kehilangan citranya yang berfikir kirtis maupun ber-intelelktual dan sudah menjadi hal yang lumrah pada mahasiswa, ikut demo tapi tidak mengetahui apa yang didemo. Bahkan, tanpa ada kajian isu secara mendalam.
Bacaan yang kurang, sehingganya pisau analasis mereka tumpul. Mereka tidak mengetahui yang mereka kejar, padahal hanyalah bentuk luar dari mahasiswa tapi tanpa isi, dalam ilmu filsafat MDH (materilisme dilektik historis), bentuk dan isinya harus selalu sesuai, juga dalam setiap perkembangannya. Tidak sesuainya bentuk dengan isi akan menimbulkan satu kontradiksi antara bentuk dengan isinya itu.
Ketika mahasiswa hanya memperbaiki  bentuk luar mahasiswa itu sendiri, dan kurang mengisi bentuk itu dengan ilmu maka, yang terjadi hanya memunculkan pertentangan atau perbedaan dalam pergerakan mereka sendri dan kehilangan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa. Jikalau sampai sekarang mahasiswa tidak sadar akan itu, meraka tidak akan pernah menciptakan perubahan bagi bangsa dan negara, maupun perubahan dari kuantitas ke kualitas.

Wallahul Muwafiqq Ilaa Aqwamit Thoriq, Wassalamu ‘Allaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.


Penulis: Galang Patilima (Anggota dari MAPABA Raya UNG)